“Hati-hati terintimidasi….”, gumam saya dalam Hati, sembari berdoa. Ketika mobil yang saya tumpangi, baru saja saya melewati sekerumunan orang yang mengerubungi sebuah kejadian kecelakaan. Kejadian itu terjadi 21 tahun lalu, ketika saya masih menggunakan seragam putih abu-abu, menempuh 50km perjalanan dari rumah ke sekolah.
Saya memang bersyukur, kegemaran saya membaca buku-buku selain buku pelajaran, membuahkan hasil positif bagi saya. menjelang ujian SMP, saya membaca buku yang berjudul “Pusaka Ilmu” terbitan CV Aneka Solo, yang saya beli melalui uang wesel dari POS.
Buku itulah pertama kali, yang memberi saya konfirmasi, bahwa imajinasi membawa kita kepada tempat-tempat yang luarbiasa. Memang buku ini mengulas tentang tenaga dalam, tetapi yang paling saya mengerti lalu adalah: Imaginasi dan Visualisasi sungguh SAKTI.
Arya Kamandanu dalam Serial Tutur Tinular yang ditulis S. Tijab dan di relay oleh ribuan stasiun radio di seluruh Indonesia bertutur indah kepada saya bahwa FOKUS, Imaginasi dan Visualisasi membawa kita pada Objek-Objek Pikiran Kita.
Terbalik dengan Arya Kamandanu karena fokus, imaginasi, visualisasinya disertai laku puasa dan jaga selama 3 hari 3 malam, Arya Dwipangga kakaknya terpaksa harus gigit jari, karena dia tidak mau mengikuti saran gurunya Mpu Ranubaya.
Figur dua bersaudara ini, terkonfirmasi oleh buku “Pusaka Ilmu” yang dilanjutkan oleh buku “Berpikir dan Berjiwa Besar” – Dr. David J. Schwartz – dan “Berpikir dan Menjadi Kaya” oleh Napoleon Hill.
Buku terakhir, ditulis oleh sang penasehat presiden ketika Amerika sedang dilanda resesi awal abad ke 20 hampir seabad yang lalu, tetapi masih sangat relevan untuk kita, yang negaranya sedang dilanda krisis saat ini.
Saya telah melewati krisis 1998 dan 2008 dengan nasehat ini. “Jangan terhipnotis imajinasi buruk”. Saya pun sedang mengaplikasikan nasehat yang sama tahun ini.
1998 saya menentang Arus, dengan membuka toko komputer ketika puluhan toko Komputer ditutup. Tahun 2008 saya justru membayar uang muka Properti pertama kalinya usai saya menjual beberapa Properti di tahun 2005 karena krisis internal di perusahaan saya, Tahun ini saya mengambil alih beberapa perusahaan dan proyek properti ketika orang lain “Terhipnotis imajinasi buruk” krisis rupiah dan index akibatnya menguatnya mata uang Amerika terhadap hampir setiap negara di Dunia.
Apapun yang anda percaya, tentu akan mengandung konsekuensi bagi anda sendiri. Saya pribadi lebih suka “Terhipnotis Optimisme” daripada “Terhipnotis Pesimisme dan Berita Buruk”.
Nah Bagaimana dengan anda? Berita mana yang menghipnotis anda?
Yang jelas, yang manapun yang menghipnotis anda, akan anda rasakan akibatnya 3 atau 5 tahun dari sekarang.
Salam Hebat
Putu Putrayasa
Pemimpin Umum Harian BERNAS
www.HarianBernas.com