Revolusi Mobilitas Murah

Sebagai bangsa besar, kita patut berduka atas makin hilangnya kedaulatan ekonomi kita atas bangsa lain. Peluncuran mobil murah pemicu terbarunya. Kebijakan tersebut dinilai banyak kalangan sebagai tidak patut. Pemerintah semestinya berpihak pada kemandirian bangsa, bukan sebaliknya menghamba pada pihak lain.

Dari kacamata kedaulatan ekonomi, mestinya Pemerintah Indonesia mulai memberanikan mengedepankan kekuatan nasional. Sudah banyak gerakan untuk mendesak ini, namun rupanya pemerintah tidak punya nyali untuk bersikap.

Jika pemerintah berpihak pada kepentingan nasional, akan teranglah apa yang sejatinya dibutuhkan bangsa ini. Bertautan dengan istilah mobil murah, yang dibutuhkan bangsa Indonesia saat ini adalah mobilitas murah. Ini teori lama yang relevan diangkat kembali. Pemerintah pasti tahu, meski belum tentu mau tahu.

Mobilitas murah merupakan kunci dari simpul-simpul kebutuhan bangsa, termasuk di kalangan pebisnis. Mobilitas vertikal dan mobilitas horisontal. Mobilitas vertikal, secara sederhana, berbicara tentang relasi antara konsumen dengan produsen, antara konstituen dan penyelenggara negara. Sedangkan mobilitas horisontal menghubungkan antarkonsumen, konstituen dengan sesamanya.

Berkat teknologi informasi, mobilitas informasi telah mengalami revolusi yang cukup drastis. Berkat trend jejaring sosial, pusat informasi sudah tersebar. Setiap orang bisa menjadi pusat informasi. Mobilitas informasi menjadi horisontal. Nyaris tidak ada otoritas vertikal yang berkuasa menyetir informasi. Kanal publik terbuka luas.

Sayangnya, potret terbalik justru terpampang di wilayah transportasi. Jika mobilitas informasi mengalami percepatan yang luar biasa, dengan pergerakan data yang kian murah dan mudah, mobilitas transportasi justru mengalami perlambatan yang mengarah menuju kemacetan. Kendaraan makin banyak dan canggih, sementara pembangunan infrastruktur tak mampu mengantisipasi, sehingga beban biaya transportasi untuk menanggung kemacetan justru membengkak. Sangat kontraproduktif.

Atas dasar itu, sudah saatnya domain transportasi juga direvolusi supaya pergerakan (ide, manusia, barang, dll) makin cepat dan murah. Merujuk pada negara-negara maju, transportasi publiknya yang diprioritaskan. Justru ketika daerah-daerah belum macet, prasarana transportasi publik mulai disiapkan. Dan ini ide bisnis yang menarik disambut. Kalau mobilitas informasi sudah “ramah publik”, kenapa tidak dengan mobilitas transportasi?

AA Kunto A

Dosen @STIEBBANK

Visited 3 times, 1 visit(s) today

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *