Tahun 2019 merupakan tahun politik di Indonesia. Bagaimana dengan prediksi investasi properti 2019?
Kondisi ini seringkali dikaitkan dengan ketidakpastian dalam berbagai hal, termasuk dalam hal investasi. Mari simak bagaimana pengaruhnya terhadap kegiatan investasi.
Pengaruh Pemilihan Umum Serentak
Investasi memang merupakan hal yang menarik bagi banyak orang, apalagi properti. Sebagai salah satu kebutuhan dasar manusia, properti sering kali menjadi primadona investasi. Namun, apakah prediksi investasi properti 2019 akan menunjukkan tren yang positif?
Adanya pemilihan umum serentak pada semester awal tahun 2019 memiliki daya tariknya sendiri. Keberadaan pemilu serentak ini membuat sebagian investor menjadi bertanya-tanya apakah kondisi investasi di tahun 2019 akan berlangsung positif atau tidak.
Pemilihan umum memang seringkali dikaitkan dengan ketidakpastian, termasuk dalam hal investasi. Karena itu, tak heran jika banyak orang menyoroti apakah tahun 2019 akan menjadi waktu yang tepat untuk mulai berinvestasi atau tidak.
Akan tetapi, meskipun tahun politik cukup memberikan tanda tanya, investasi properti tampaknya masih memberikan sentimen positif. Optimisme ini muncul bukan tanpa alasan.
Hingga saat ini, angka kebutuhan rumah yang belum terpenuhi masih berada di angka yang cukup tinggi. Khususnya pada angka kebutuhan rumah untuk kalangan menengah ke bawah.
Managing Director Sinarmas Land, Dhony Rahajoe, mengatakan bahwa penjualan rumah akan selalu optimistis dan tanah juga akan selalu dibutuhkan.
Karena itu, berlangsungnya pemilihan umum serentak di semester awal 2019 dirasa tidak akan berpengaruh besar terhadap pertumbuhan investasi properti. Dan dapat dikatakan bahwa investasi properti akan tetap berjalan dengan baik di tahun ini.
Dinamika Pasar Properti 2018
Sinyal positif dari investasi properti ini sebetulnya sudah terlihat sejak tahun 2018. Meskipun di tahun lalu, pertumbuhan industri properti masih belum terlalu signifikan.
Mengacu kepada data yang disampaikan melalui Rumah.com Property Price Index, harga properti di awal 2018 mengalami penurunan. Namun penurunan ini masih dapat dikatakan wajar melihat kecenderungan dinamika pasar yang hampir selalu turun di setiap awal tahun.
Pada kuartal I 2018 ini, index properti tercatat mengalami penurunan sebesar 0,83% atau sebesar 104,7 secara quarter on quarter (qoq).
Di kuartal II, index properti kembali menggeliat dan menyentuh angka 105,9 dan semakin meningkat menjadi 108,3 di kuartal III 2018.
Jika melihat kepada persentase, secara quarter on quarter, index properti di kuartal III ini meningkat sebesar 2,3% atau sebesar 4% secara nasional.
Namun jika melihat secara year on year pada periode yang sama, index properti justru mengalami penurunan sebesar 1%.
Sedangkan untuk index suplai properti yang terjadi di tahun 2018, pertumbuhan index suplai yang terjadi di kuartal III ini mencapai 13% atau 165,3 secara year on year. Sedangkan secara quarter on quarter, index suplai mencapai 15% jika dibandingkan dengan kuartal II.
Kondisi ini menjadikan pertumbuhan di kuartal III ini menjadi peningkatan tertinggi sepanjang 2018. Peningkatan suplai properti yang terjadi sepanjang tahun 2018 diperkirakan turut dipengaruhi oleh peningkatan harga properti.
Head of Marketing Rumah.com, Ike Hamdan menyatakan bahwa Rumah.com memiliki akurasi data yang cukup tinggi dan dapat dipertanggungjawabkan.
Hal ini memungkinkan Rumah.com untuk dapat memberikan dinamika pasar properti secara akurat, termasuk sentimen pasar dari sisi suplai dan demand-nya.
Berdasarkan berbagai data yang disampaikan melalui Rumah.com Property Outlook 2019, harga dan suplai properti di tahun 2019 menunjukan pertumbuhan yang positif.
Peningkatan harga dan suplai akan terjadi di beberapa sektor, khususnya di sektor residensial. Selain itu, properti kelas menengah atas juga diperkirakan turut mengalami peningkatan.
Peran Pemerintah
Sepanjang 2018, pemerintah berusaha untuk selalu menjaga agar pengaruh ekonomi global tetap menunjukkan dampak yang positif.
Pemerintah juga berusaha untuk menjaga sentimen pasar melalui berbagai kebijakan yang dikeluarkan, khususnya, setelah hari raya.
Berbagai kebijakan yang diterapkan pemerintah ini berhasil menjaga pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap positif. Meskipun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, pertumbuhan yang terjadi di tahun 2018 masih cenderung melambat.
Kondisi pertumbuhan ekonomi yang melambat ini meskipun mampu menjaga kredit tetap dapat tumbuh, tapi secara pertumbuhan tidak lebih besar dari tahun sebelumnya.
Namun, semakin kesini, jumlah penduduk yang semakin meningkat dan mulai munculnya kebutuhan generasi milenial akan tempat tinggal mampu menjaga pertumbuhan kredit properti tetap positif. Khususnya KPR dan KPA yang semakin meningkat.
Asisten Gubernur Kepala Departemen Kebijakan Makroprudensial BI, Filianingsih Hendarta mengatakan bahwa peningkatan kredit properti ini cukup terbantu dengan adanya pelonggaran loan to value (LTV).
Meskipun begitu, dalam beberapa hal, peran pemerintah dalam mendukung industri properti juga masih harus terus ditingkatkan.
Salah satunya dengan meningkatkan sinkronisasi antara perizinan di pemerintah pusat dan daerah, serta dalam menerapkan program Online Single Submission (OSS).
Selain itu, pemerintah juga diharapkan dapat membantu mendorong BUMN untuk ikut masuk dalam pengadaan bahan baku. Keterlibatan BUMN dalam penyediaan bahan baku properti diharapkan dapat membantu menjadikan perekonomian Indonesia semakin kuat.
Selama ini, pengadaan bahan baku properti masih didominasi oleh bahan baku impor dari luar negeri.
Pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah (KPR)
Angka pertumbuhan Kredit Pemilikan Rumah di tahun 2018 menunjukkan angka yang cukup positif. Bahkan jika melihat pertumbuhan nilai KPR year on year yang disalurkan Bank BTN pada semester pertama, angka pertumbuhan KPR dapat mencapai 19%.
Angka ini berada di atas angka rata-rata hasil perhitungan OJK. Pertumbuhan KPR ini disebabkan adanya kerja sama dari berbagai pihak terkait. Mulai dari pengembang, agen properti, dan juga cross selling yang dilakukan Bank kepada nasabah.
Selain itu, pertumbuhan KPR juga didorong oleh kenaikan Kredit Pemilikan Rumah bersubsidi yang disalurkan oleh Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP).
Karena itu, secara umum peningkatan pertumbuhan KPR banyak terjadi untuk rumah yang ditujukan pada kalangan menengah ke bawah. Sementara, untuk segmen properti bagi kalangan menengah atas masih cenderung menurun.
Direktur Bisnis Ritel Bank BNI, Tambok P Setyawati mengungkapkan bahwa permintaan KPR hingga bulan September 2018 masih cukup stabil. Hal ini menyebabkan pertumbuhan KPR masih sangat mungkin dapat tumbuh hingga sekitar 9-10%.
Pertumbuhan properti yang diperkirakan tetap positif di tahun 2019 ini dikarenakan pertambahan jumlah penduduk yang terus terjadi. Selain itu, saat ini generasi milenial juga sudah mulai memiliki kebutuhan akan rumah atau tempat tempat tinggal.
Melihat kepada potensi ini, kemungkinan ke depannya segmen pegawai dan milenial akan menjadi fokus dari penjualan properti di tahun 2019. Di samping itu, kerja sama dengan pengembang juga akan semakin diperbanyak.