Brand Activation Bikin Deactivation

Liburan, saatnya belanja. Kebetulan saya sedang butuh celana panjang jins. Pasar Beringharjo jadi tujuan utama karena di sana ada banyak pilihan dan harganya cukup terjangkau.

Sesampainya di pasar, seorang SPG mendatangi saya dan menawarkan sample minuman bersoda. Mereknya belum terlalu terkenal. Saya baru kali itu mengetahui mereknya. Makannya, mereka membuka stand sebagai salah satu strategi promosi. Dalam istilah komunikasi, namanya brand activation. Dengan cara ini konsumen diajak merasakan pengalaman mengonsumsi produk itu. Jika dilakukan dengan baik, cara tersebut cukup efektif untuk promosi.

Di x-banner yang dipasang di samping stand itu, tertulis jelas “DIMINUM DINGIN LEBIH SEGAR”, dan lagi, mbak-mbak SPG itu bilang begini, “Mas, silakan dicoba. Seger, lho. Beli juga, mas. Kita lagi promo, nih. Hawanya kan lagi panas, nih, minum ini dengan es pasti seger”.

Saya mulai tergoda. Ah, minuman bersoda juga rasanya pasti sama sama. Tapi mumpung hawanya panas, perkataan “pasti seger” menggoda saya.

“Ini kok anget, mbak? Jadi nggak seger lagi dong ini, mbak”.

“Angetnya cuma karena kita lagi di pasar aja, kok. Hawa dalam pasar kan emang panas. Nanti di rumah tinggal ditambahi es, pasti seger deh, mas”, kata SPG sambil tetap merayu saya.

Brand activation ini tidak berhasil. Hasilnya adalah brand deactivation. Minat konsumen sudah terbentuk dengan promosi yang cukup menarik, didukung dengan mbak SPG yang cantik hehe. Namun, saat mencoba produk itu jadi merasa kurang puas seperti yang dijanjikan dalam promosi. Orang zaman sekarang menyebutnya PHP (Pemberi Harapan Palsu) hehe.

Saya kurang puas, tapi saya membeli 1 paket agar bisa bertanya-tanya dengan mereka. Kebetulan dia hanya dengan satu orang temannya. Mereka tidak membawa es karena tertinggal di kantor. Tidak ada orang yang bisa dimintai tolong mengantarkannya. Sudah banyak pula yang komplain kalau minuman yang ditawarkan itu agak anget. Akhirnya, mereka berhasil menjual 1 paket dalam 4 jam.

Nah, jika tujuan yang hendak dicapai adalah pengenalan produk sebagai identitas produk tersebut, pastikan yang disajikan kepada konsumen adalah kondisi produk yang ‘persis sama’ dengan kondisi yang diiklankan, baik itu bentuk, ukuran, warna, apalagi rasa. Tak menutup juga untuk pelayanan jasa, sapaan, semyuman, kualitas pelayanan, bahkan warna seragam pelayanan jasa pun harus persis sama dengan yang anda garansi-kan. Agar, yang ingin Anda kenalkan kepada konsumen benar-benar bentuk original produk Anda.

Salam Hebat!

Visited 4 times, 1 visit(s) today

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *