Pola Bisnis yang Eksis di Zaman Digital

Berkembangnya penggunaan internet di seluruh dunia membawa perubahan pola pikir masyarakat, salah satunya tuntutan konsumen yang semakin berkembang seiring canggihnya teknologi yang mereka genggam. Contohnya, jika dulu masyarakat suka berbelanja ke toko-toko untuk membeli barang secara fisik, kini transaksi jual beli bisa dilakukan secara online. Tinggal klik, bayar dan barang akan diantar sampai rumah. Siap tidak siap, mau tidak mau, para pelaku bisnis harus jeli melihat perubahan ini dan segera memikirkan langkah antisipasi yang harus ditempuh karena tidak ada industri yang kebal terhadap perubahan digital ini. Bidang-bidang yang sangat rentan terhadap perubahan digital ini adalah bidang teknologi, bidang media (entertainment), bidang retail (jasa) dan terakhir bidang pharmaceutical (obat-obatan). Berikut ada 3 point penting yang harus diperhatikan di zaman digitalisasi ini, antara lain:

1. Antisipasi;

Pertanyaannya bagaimana mengantisipasi zaman digital ini? Jawabannya tentu saja cuma satu, yaitu INOVASI. Janganlah terpuruk dan malahan tertinggal oleh kemajuan zaman tapi manfaatkanlah internet untuk melakukan inovasi. Contohnya, kelas belajar menulis online. Dahulu kala yang namanya proses pembelajaran harus dilakukan di sekolah, di kelas atau di ruangan konvensional. Sekarang, cukup dengan memiliki smartphone, kita dapat bergabung dengan teman-teman sekelas dari seluruh penjuru negeri ini dan belajar bersama melalui online group-chat. Ilmu didapat dan waktu lebih efisien. Contoh yang lebih mendunia bisa kita ambil dari perusahaan Fujifilm-Jepang. Ketika era kamera konvensional menggunakan lembaran negatif film digantikan era smartphone yang menggabungkan fungsi kamera dan ponsel, Fujifilm melakukan inovasi dengan menciptakan kamera mirrorless yang menggunakan sinyal wifi untuk memindahkan data dari kamera.

2. Strategi;

Strategi apa yang harus diambil di zaman serba digital ini? Tentu saja kita harus GO-ONLINE. Banyak sekali manfaat yang didapat apabila pebisnis mampu melakukan digitalisasi dalam menjalankan usahanya. Contohnya, ekspansi pasar. Berjualan secara konvensional dengan membuka toko hanya mengandalkan konsumen yang datang tapi apabila dilakukan secara online maka dapat menjangkau konsumen di seluruh nusantara bahkan dunia. Nah, manfaat apa lagi yang didapat? Rantai perdagangan lebih efisien (pendek), pemasaran dan promosi produk lebih mudah serta biaya transaksi lebih rendah. Misalkan apabila kita berjualan di toko online tentu kita dapat memangkas biaya sewa toko/tempat.

3. Tetap Offline.

Seperti kata pepatah, janganlah bagai kacang lupa kulitnya. Bagaimanapun juga, antara bisnis online dan bisnis offline tidak dapat dipisahkan karena keduanya saling menunjang. Janganlah menutup toko konvensional (toko offline) karena merasa sudah berhasil berjualan online. Bagaimanapun juga, toko offline adalah identitas serta tempat mengukur loyalitas dan membangun ikatan antara penjual dan pembeli sehingga kepercayaan konsumen semakin meningkat. Sedangkan toko online dimaksudkan untuk membangun personal branding agar eksistensi produk di masyarakat lebih kuat tertanam dan dapat tersebar.

Perlu diingat, berbisnis secara online tantangannya adalah sistem sedangkan berbisnis secara offline tantangannya adalah masalah interaksi dengan manusia (konsumen). Bagaimanapun keduanya saling mendukung dan harus dilakukan secara bersamaan. Bagi yang sudah memiliki offline bisnis, ayo lebarkan sayap dengan go-online dan bagi yang baru memiliki online bisnis, janganlah berkecil hati dan teruslah berjuang hingga memiliki offline store (toko atau kantor) sebagai bukti identitas kepada konsumen dan masyarakat.

 

sumber: bernas.id

Visited 3 times, 1 visit(s) today