Suatu siang sebelum mengajar entrepreneurship untuk mahasiswa baru di STIEBBANK, kampus pengusaha, saya memutuskan untuk makan siang di warung coto makasar yang dikelola oleh Fitrah, salah satu mahasiswa manajemen kelas malam. Setelah mendapat ancer-ancer lokasinya di daerah Pangukan Sleman, saya meluncur ke sana ditemani anak perempuan saya yang juga mahasiswi STIEBBANK…
Tiba di lokasi, saya cukup surprise melihat pelanggan warung yang cukup banyak. Tak heran, ternyata rasanya juga aduhai lezatnya bak makan coto makasar di kota asalnya. Wow… mantapsss.
Sambil makan, kami berbincang tentang perkembangan bisnis kuliner yang baru dibuka tiga bulan yang lalu itu. Selama itu sudah bisa mendatangkan cukup banyak pelanggan. Kuncinya adalah: pertama, rasa yang enak, rasa yang di luar ekspektasi pelanggan, rasa yang tidak membosankan saat dimakan dalam porsi banyak.
Kedua, lokasi yang pas, yang banyak dilalui orang pada jam-jam perut perlu dimanjakan dan diperhatikan, lokasi yang banyak dilalui orang kantoran dan orangtua yang menjemput anaknya sekolah. Ketiga, harga yang pas dan dipersepsikan tidak mahal oleh pelanggannya. Untuk semangkuk coto makasar cukup mengeluarkan uang Rp 10.000. Fitrah memilih strategi market penetration pricing, lebih murah dari kompetitor yang memasang harga di angka Rp 12.000-Rp 15.000. Tujuannya tentu untuk mendapatkan lebih banyak pelanggan, baik yang ada di sekitar lokasi maupun dari kawasan lain dengan cara word of mouth.
Keempat, promosi. Meskipun masih dilakukan dengan cara yang sederhana namun usahanya tepat ketika menampilkan nama warungnya dengan tulisan besar dan warna mencolok sehingga mudah terlihat oleh siapa saja yang lewat. Promosi penting dilakukan untuk mengomunikasikan keberadaan dan kelebihan bisnis kita kepada calon pelanggan. Lakukan saja sesuai budget yang ada. Yang terakhir tentu saja dengan membina relasi yang intim dengan pelanggan, salah satunya dengan Jurus Fredy Wong sang Motivator pariwisata, yaitu 7S +1H yaitu, Semangat, Salam, Senyum, Sapa, Sopan, Santun, Selang waktu pelayanan yang cepat plus Hasil yang terbaik.
Nah, di luar itu tentunya masih harus ditambah dengan beberapa sentuhan jurus rahasia lain, yaitu KOKI: Kreativitas, Optimisme, Konsistensi, dan Inovasi. So, jangan ragu untuk terus belajar dan menambah ilmu selagi kita masih diberi hidup oleh Yang Maha Hidup.
Baiklah, artikel ini saya tutup dengan tebakan ya. Apa beda soto pak Soleh dengan coto makasar? Hayoo…. Jawabannya, kalau soto Pak Soleh pakai daging sapi, kalau coto makasar pakai daging capi…. Hahahaha…..Salam Hebat.
Sisca Diwati
Pengusaha, Dosen Manajemen Pemasaran STIEBBANK