Duduk di sebuah bangku, pada suatu malam, saya makin menyadari, banyak pencinta kopi di sekeliling saya. Perjumpaan demi perjumpaan dengan mereka makin mendekatkan saya pada kopi. Di angkringan minum kopi. Di kafe minum kopi. Bertandang pun disuguhi kopi.
Bahkan, beberapa kali menyambut sahabat yang datang dari daerah tertentu, oleh-oleh kopi makin jamak. Pun ketika saya pergi ke daerah-daerah, sudah ada yang menanti buah tangan berupa kopi.
Terbiasa minum teh sedari kecil, dalam beberapa tahun ini rupanya saya makin biasa minum kopi. Tentu, kopi yang saya minum adalah kopi yang juga diminum kebanyakan orang. Kopi hitam. Juga coffee mix dalam kemasan.
Belakangan, kopi yang saya minum beda. Apa bedanya, saya belum paham benar. Namun setidaknya kopi yang saya teguk beda dari kopi sebelumnya. Lewat sahabat-sahabat dekat, saya mulai suka minum kopi giling, bukan kopi bubuk, apalagi kopi pabrikan. Giling. Saya pilih jenis biji yang saya suka lalu digiling dan diseduh. Malah, saat suatu ketika ngopi di Panton Labu, Aceh, bukan kopi seduh malainkan kopi masak.
Pun minggu lalu. Dalam kunjungan kedua kali ke Sidikalang, saya sempatkan singgah ke sebuah toko kecil di ibukota Kabupaten Dairi, Sumatera Utara, itu. Sederhana, berpintu kayu, dan hanya dibuka dua helai saja. “Ida” nama toko kopi itu. Sesuai namanya, toko itu menyediakan hasil bumi berupa kopi. Kebanyakan giling, dikemas dalam ukuran 100gr, 250gr, dan 500gr. Saya beli beberapa bungkus untuk oleh-oleh.
Tak cukup. Saya meminta secara khusus kopi biji. Dalam rencana, untuk oleh-oleh bagi beberapa kawan pecinta kopi. Juga, untuk saya bawa ke warung kopi untuk digiling dan diseduh di tempat. Pahit, tanpa gula. Diam-diam saya mulai paham kopi bagus untuk dibuat minuman enak. Lidah saya terlatih sejak mencicip, memesan ulang, membandingkan dengan kopi serupa di kedai berbeda, mencari dan mengenali biji kopi, dan mengolah biji hasil perburuan. Diam-diam saya mulai tinggalkan kopi kemasan pabrik yang terlalu banyak campuran itu.
Dari kopi saya belajar, bisnis perlu dibangun dengan mengajak pelanggan mengalami secara langsung. Tak cukup disuguhi gambar dan didongengi, melainkan didorong untuk menemukan sendiri kisah di balik cerita yang pernah didengarnya. Penemuan ini yang kemudian menjadikan pelanggan loyal kepada bisnis kita.
Ini yang saya alami. Berawal dari cerita beberapa teman yang suka kopi, dan beberapa lagi pemilik kedai kopi, saya penasaran menelusuri cerita mereka. Keputusan untuk makin menyukai kopi saya ketok usai menemukan sendiri rahasia cita-rasa kopi-kopi berkualitas.