Banyak orang yang ingin pensiun dalam kondisi sejahtera namun sayang tidak banyak yang tahu bagaimana cara mempersiapkannya sejak dini. Bagaimana mempersiapkan diri sejak masih muda, mengerjakan hal-hal kecil, mempelajari hal-hal kecil, yang nampak seperti tidak signifikan tapi besar pengaruhnya terhadap kehidupan di masa pensiun.
Bisnis properti adalah salah satu pilihan yang dianjurkan oleh banyak orang, guru-guru dunia, sebagai alat yang bisa memberikan kenyamanan saat pensiun nanti. Hasil sewa dari kos-kosan, ruko, apartemen, kondotel, pendapatan dari SPBU, hotel, restoran, sewa perkantoran dan space bisnis, dll, adalah salah satu contoh pendapatan yang dihasilkan oleh bisnis properti.
Sebagai anak seorang petani, pelajaran properti pertama yang saya terima datang dari orangtua saya. Ayah dan ibu saya sering mencontohkan orang-orang kaya yang mereka kenal sebagai orang yang punya banyak tanah, kebun yang menghasilkan, rumah yang besar, atau hotel yang mereka punya.
Di awal pernikahannya, kedua orangtua saya menjadi penjaga kebun dari seorang kontraktor kaya, yang lalu mengakumulasikan kekayaannya menjadi hotel. Cerita ini sering menjadi motivasi bagi saya di masa kecil. Sang kontraktor terkenal suka membantu orang lain, termasuk orangtua saya. ketika saya dilahirkan, keluarga inilah yang meminjamkan uangnya untuk ibu saya, untuk menebus saya di rumah sakit, sementara ayah saya sedang pergi untuk mencari kayu bakar di hutan.
Nasihat ayah selanjutnya adalah bagaimana mengubah bentuk hasil keringatnya, dari seekor ayam, dibelikan sapi, lalu menjadi tanah. “Tanah, tidak akan kena penyakit, tidak perlu diberi makan setiap hari harganya naik terus. Kalau ditanami tanaman jangka panjang akan menghasilkan terus tanpa harus dirawat.” Itulah salah satu pelajaran ayah saya yang dicontohkannya dengan baik.
Ayah sering mengajak saya meninjau lokasi tanah. Entah dibeli atau tidak, saya mendapatkan pelajarannya. Saya teringat, ayah mengajak saya membeli tanah di dua lokasi yang cukup jauh dari tempat tinggal kami. Tentu saja, ayah membelinya dengan menjual beberapa ekor sapi yang kami pelihara. Ayah mengubah pekerjaan aktif, dari harus memelihara sapi dan ayam, menjadi menerima hasil kebun secara pasif. Kelapa, pisang, pepaya dan jambu mete, menghasilkan nyaris tanpa merawatnya.
Ternyata ayah tidak berhenti sampai di sana. Ayah masih ingin mengubah pendapatan pasif tahunan menjadi pendapatan harian. Karena itulah, kami pindah dari Pulau Sumatra, menghasilkan harian dari kebun-kebun karet ayah, yang dibeli dari hasil penjualan kebun pisang, kelapa, jeruk dan jambu mete dari Pulau Sumbawa. Saat ini, saya menikmati pendapatan dari properti-properti yang saya bangun baik dari ruko, gedung kampus, angsuran kavlingan, perumahan, yang saya bangun dan properti lainnya, sebagai buah dari pembelajaran jangka panjang saya di bisnis properti. Mau?