Kegagalan adalah bagian alami dari kehidupan. Disukai atau tidak suatu kali akan menimpa kita atau keluarga. Kegagalan ini ibarat dua sisi mata uang yang bisa menjadi pemicu untuk kita makin sukses atau sebaliknya menjadikan kita terpuruk selamanya.
Apa yang membedakannya? Respon kita dalam menghadapinya. Jika kita sibuk mengasihani diri sendiri, mencari kambing hitam untuk disalahkan, dan tidak bersedia mawas diri maka kegagalan ini menjadi permanen. Sebaliknya, jika kita bersedia belajar dan melangkah maju, kita akan makin berpengalaman dan kompeten di bidang tersebut, lalu pada jangka panjangnya akan mengantar kita menuju kesuksesan. Tidak ada jalan mudah menuju kesuksesan, demikian ungkap orang bijak. Tidak ada lift menuju kesuksesan, melainkan harus harus melalui tangga, naik selangkah demi selangkah.
Bagaimana cara mengubah kegagalan menjadi kemenangan?
1.Terima kegagalan ini apa adanya dan ambil manfaat
Proses pertama yang sulit dihadapi ketika mengalami kegagalan adalah menerimanya dengan ikhlas. Yang sering terjadi kita sibuk berpikir seandainya lalu menyesalinya. Tidak jarang kita terjebak untuk sibuk mencari-cari penyebabnya lalu mencari kambing hitam. Yang bijak, kita cari tahu penyebabnya, lalu terima dengan ikhlas, dan face the problem. Ketika kita berani menghadapi masalah dengan tegar maka persoalan menjadi jelas sehingga kita lebih mudah menemukan apa yang menyebabkan kegagalan, lalu belajar serta mengambil manfaatnya dan menemukan solusi terbaik di tengah situasi yang buruk ini.
2.Minta hikmat Tuhan apa yang harus kita lakukan?
Sesungguhnya Tuhan senantiasa memegang kendali atas hidup manusia. Tidak ada sesuatu yang terjadi dalam hidup ini secara acak atau kebetulan. Sesuatu yang kita anggap kacau balau, bagi Tuhan itu perkara mudah untuk dibereskan. Mudah untuk mengubah kegagalan menjadi kesuksesan.
Tuhan berbicara kepada kita, salah satunya melalui situasi. Mungkin saja kegagalan ini adalah cara Tuhan berbicara kepada kita untuk berbalik atau berbelok karena ada bahaya yang lebih besar di depan. Bisa juga Tuhan ingin kita belajar sesuatu dari peristiwa ini karena Dia akan mempercayakan hal yang lebih besar di masa depan agar kita mencapai kesuksesan besar.
Oleh karena itu, jangan membuang waktu menangisi susu yang sudah tumpah, tetapi segera bereskan dan melangkah maju. Ubah kegagalan menjadi kesuksesan.
3.Kegagalan hanya sebuah peristiwa, bukan berarti kita orangnya yang gagal
Seringkali kegagalan mengakibatkan perasaan bersalah yang berlebihan sehingga kita merasa menjadi orang yang gagal. Hal ini berbahaya karena kepercayaan semacam itu justru membuat kita gagal selamanya. Enggan untuk maju, lalu percaya memang sudah nasibnya untuk gagal.
Penting diingat: kegagalan bukanlah kegagalan selama kita belajar darinya. Sesungguhnya, kegagalan hanyalah sukses yang tertunda. Asalkan kita menyerahkan kegagalan kita kepada-Nya dan dengan kerendahan hati bersedia diproses menjadi lebih dewasa rohani serta bijak maka Tuhan akan mengubah ratap kita menjadi tarian.
4.Belajar dari orang yang ahli di bidang yang kita gagal
Cara pertama, belajar yang paling mudah adalah belajar dari ahlinya. Ini yang paling praktis dan cepat. Sang ahli sudah sukses di bidang yang kita geluti. Kendalanya, tidak mudah mencari ahli yang bersedia meluangkan waktu, mengajari kita dengan sungguh-sungguh serta tulus. Namun, setidaknya mendapatkan satu atau dua tips dari sang ahli akan sangat bermanfaat. Pembicaraan 1 jam dengan orang yang bijak melebihi pembelajaran dari puluhan buku, demikian kata pepatah lama. Sang ahli tentu sudah berhasil mengubah berbagai kegagalan menjadi kesuksesan yang nyata.
Cara kedua, belajar dari buku atau sumber informasi lainnya. Buku ini juga sarat dengan pelajaran dan cara mengubah kegagalan menjadi kesuksesan sehingga kita tidak perlu mengulangi kesalahan yang sama.
Saat ini, kita hidup di jaman yang serba cepat dan instan. Info apapun yang kita perlukan, hampir semuanya bisa dicari di google. Hanya butuh ketekunan untuk memperolehnya.
Keberhasilan kita mengalahkan kegagalan. Berproses, lalu keluar menjadi pemenang akan sangat bermanfaat bagi bekal di masa depan. Kita makin percaya diri untuk mengalahkan tantangan yang lebih besar, tentu saja, dengan pencapaian kesuksesan yang lebih besar pula. Dampak sampingannya, anak-anak akan melihat dan belajar dari pengalaman kehidupan kita sehingga menjadi warisan yang abadi.
Ada sebuah cerita:
Anthony Burgess berusia 40 tahun ketika dia divonis oleh dokter bahwa dia hanya mempunyai 1 tahun lagi untuk hidup. Dia didiagnosa mengidap kanker otak terminal yang akan mengkonsumsi hidupnya dalam waktu satu tahun mendatang.
Dia tersentak keika menyadari bahwa dia harus berjuang keras karena saat itu kekayaannya hampir habis dan dia jatuh miskin. Ia tidak mempunyai apa pun yang bisa diwariskan kepada istrinya Lynne yang segera akan menjadi janda. Pada saat itu, Burgess belum menjadi penulis novel profesional yang terkenal. Namun, dia menyadari bahwa dia sangat berpotensi untuk menjadi penulis. Jadi, dengan berbekal misi untuk meninggalkan royalti bagi istrinya, Burgess mulai memasukkan kertas ke mesin ketik dan mulailah ia menulis. Dia tidak tahu pasti, apakah karyanya dapat dipublikasikan atau tidak, tapi tidak ada ide lainnya.
“Pada waktu itu bulan Januari 1960, sesuai dokter memberikan vonisnya, saya hanya punya tiga musim untuk hidup dan akan gugur bersamaan dengan daun-daun yang berguguran di musim gugur tahun 1960,” demikian ungkap Burgess.
Dengan semangat juang yang tinggi, Burgess menyelesaikan 5 buah novelnya dan 1/2 novel lagi ketika musim gugur tiba. Suatu prestasi yang menyamai hasil karya seumur hidup dari Edward Morgan Forster, seorang novelis dari Inggris dan 2 kali lipat dari prestasi Jerome David Salinger, seorang penulis Amerika yang terkenal.
1 tahun berlalu tetapi Burgess tidak meninggal malahan kankernya mengecil,lalu menghilang secara total. Di dalam karirnya yang panjang sebagai seorang novelis, dia menyelesaikan sebanyak 70 Novel. Yang mungkin tidak akan terjadi jika tidak ada vonis kanker, bahkan mungkin sekedar ide menulis novel pun tidak akan muncul tanpa kanker. Burgess berhasil mengubah kegagalannya berupa kemiskinan dan kanker, yaitu menjadi sebuah kemenangan besar: menjadi penulis novel terkenal yang produktif dan kaya. Dia mengubah batu penghalang menjadi batu pijakan untuk naik ke tempat yang tidak dapat dicapainya, tanpa adanya penghalang itu.
“You build on failure. You use it as a stepping stone. Close the door on the past. You don’t try to forget the mistakes,but you don’t dwell on it. You don’t let it have any of your energy, or any of your time, or any of your space.”–Johnny Cash-