Saya memiliki keyakinan bahwa sesungguhnya kalau kita cerdas, akan berdampak pada penjualan properti meningkat. Mengapa demikian? Karena bagaimamna pun penjualan, termasuk penjualan propert ada hubungan antara pembeli dan penjual. Kata kuncinya adalah pada kecerdasan emosi yang mutlak harus anda miliki jika anda ingin meningkatkan penjualan secara dramatis. Artinya, makin cerdas emosi Anda, maka anda akan sukses dalam penjualan properti. Namun sebaliknya, jika anda kurang cerdas emosinya, maka akan banyak mengalami kesulitan dalam penjualan properti tersebut.
Pernahkah anda menjumpai seorang yang benar-benar pintar, tapi senyatanya dia bodoh? Pernah bukan? Mari kita tanyakan pada mereka, apa kekurangan mereka? Kekurangan mereka adalah pada ketidakmampuan mereka memahami, bergaul, dan mengelola emosi mereka.
Nah, bagi anda yang sekaranng berprofesi sebagai Marketing Association (MA) di perusahaan properti apa pun namanya, sangatlah penting memiliki kecerdasan emosi, dan tidak semata-mata hanya pintar teori saja.
Mengapa kecerdasan emosi penting? Karena 85% potensi sukses seseorang lebih disebabkan oleh kecerdasan emosi ini. Lantas, kemudian apa kaitannya dengan penjualan? Adalah fakta bahwa orang ingin membeli barang dari orang yang menimbulkan kelelahan emosi yang terkecil. Perbedaan hasil antara penjual yang kecerdasan emosinya tinggi dengan yang rendah sangatlah mencolok. Ini sangat mudah dipahami karena seorang penjual yang tidak cerdas emosinya akan mengalami kesulitan komunikasi atau tidak nyambung dalam interaksi dengan pembeli.
Lantas, ketika membeli dari penjual yang tenang, menentramkan, menimbulkan simpati, dan timbul rasa suka, pembeli itu akan cenderung membeli dari penjual ini. Ada penjual yang sudah memiliki kecerdasan emosi tanpa menyadarinya. Namun banyak penjual yang bahkan tidak mengenal kecerdasan emosinya, apalagi menerapkannya. Akibatnya, kinerja penjualan mereka kurang menggembirakan.
Adalah fakta pula yang sering hinggap dibenak pembeli, mereka merasa dimanipulasi atau ditipu, atau merasa terganggu oleh penjual yang memaksa-maksa pembeli untuk membeli barang. Kejadian ini menimbulkan ‘antipati’ terhadap penjual sembarangan ini…Pembeli kadang hanya tutup mulut saja walau pun penjual sudah ‘berbusa-busa’ menceritakan kebaikan, keunggulan, dan kehebatan produk mereka. Pembeli tidak bergeming. Penjualan gagal. Nah itu dia akibatnya. Jadi ketika orang membeli properti biasanya ada tiga tingkat penilaian:
(1) Keinginan emosional
(2) Kecerdasan
(3) Pendekatan emosional.
Jadinya seorang pembeli memerlukan kecerdasan di tiga tempat, “Apakah anda mengenal saya?”, “Apakah anda mengenal barang yang anda jual?”, dan “Apakah anda tahu cara mendekati saya?”