Pasrah, mungkin sebuah kata yang kita hindari jauh-jauh, atau mungkin sebuah kata yang tak disarankan oleh para inspirator lain. Namun sobat, pernahkan Anda alami bahwa Anda terlalu melekat kepada keinginan Anda, sampai-sampai Anda sendiri yang capek?
Atau pernahkah Anda alami bahwa Anda terlalu ambisius yang malah membuat Anda jatuh serta tak bisa mencapai impian Anda?
Mungkin Anda perlu pasrah.. Ya! Pasrah adalah kunci kebahagiaan. Pasrah bukanlah tidak bertindak. Setelah niat kita lurus, dan kita bertindak semaksimal mungkin (Ingat: Semaksimal Mungkin). Pamungkasnya adalah kepasrahan pada hasil.
Kepasrahan pada hasil membuat kita tidak membangun harapan-harapan palsu yang akan menjatuhkan jiwa kita, kepasrahan pada hasil membuat kita bahagia apakah tindakan kita berhasil atau tidak. Lagipula tidak ada yang namanya gagal, yang ada hanyalah pembelajaran. Jika Anda belum berhasil, berarti ada pembelajaran yang harus ada petik dari sana.
Ibarat sang pemanah, yang menarik anak panahnya, namun tak melepaskannya maka ia anak panahnya tersebut tak akan pernah bisa mencapai tujuan. Sang pemanah tersebut haruslah melepaskan anak panahnya. Melepaskan artinya adalah pasrah pada hasilnya. Melepaskan semuanya kepada kekuatan Tuhan yang Mahatinggi.
“Menderita karena melekat, bahagia karena melepas..”, begitu kata Buddha Gautama. Dan benar saja, kunci kebahagiaan adalah kepasrahan. Dengan kepasrahan kita bisa hidup dengan penuh kesyukuran. Namun ingatlah, pasrah adalah salah satu elemen dari komponen-komponen yang ada. Tentu di sisi yang lain ada niat kita dan ada tindakan kita. Namun setelah tindakan kita melesat, biarlah kita lepaskan hasilnya.
Seorang teman pernah memiliki cita-cita untuk ke Jepang. Ia sangat ambisius dalam mencapainya, tindakan-tindakan berbagai macam sudah ia lakukan namun tak kunjung ada kesempatan baginya untuk pergi ke Negeri Sakura tersebut. Seorang teman yang lain, memiliki cita-cita yang sama yaitu pergi ke Jepang, dan ia juga melakukan tindakan-tindakan yang sama kuatnya untuk pergi ke Jepang. Namun ia berpasrah. Ia pasrah akan hasilnya. Dan ia lebih bahagia. Akhirnya pun ia yang pergi ke Jepang.
Jika ia bisa pasrah, sudahkah Anda pasrahkah hasil dan segenap upaya Anda pada Yang di Atas?