Koperasi dan UMKM merupakan bagian dari unit usaha di Indonesia yang diperkirakan mencapai 59,69 juta unit. Indonesia berkomitmen untuk menjadi negara terbesar di ASEAN dalam bidang Digital Ekonomi pada 2020 dengan meyakini bahwa kedaulatan cyber dilihat sebagai faktor kunci untuk mendapatkan target tersebut. Pemerintah juga telah meluncurkan “E-Commerce Roadmap”.
Ketua Umum Komunitas UMKM DIY Ir. Prasetyo Atmosutidjo MM mengatakan, perkembangan zaman seperti munculnya e-commerce memang tak bisa ditinggalkan justru harus diikuti. Namun, ia merasakan ada dua culture yang berbeda sehingga perlu adaptasi.
“Inikan ada dua culture, ini yang internet ini kan culture baru dari barat ya, terus ini pemain tradisional. Nah ini tidak ada adaptornya untuk bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh para UMKM ini. Nah ini tidak ada adaptornya untuk bisa dimanfaatkan secara maksimal oleh para UMKM ini. Ini kan mesti harus ada ini, kita harus berpikir bahwa ini satu potensi yang besar, tapi untuk menjangkau ke internet, ke dunia itu, mereka kan kalau untuk belajar lagi kan nggak ada waktu to mereka,” jelasnya saat dihubungi Bernas.
Prasetyo menekankan bahwa UMKM itu potensial dan kreatif, sebab kalau tidak kreatif akan tergilas dengan pengusaha raksasa. Namun, soal UMKM menuju e-commerce dikatakannya perlu pendampingan tak hanya sekadar sosialisasi dari dinas terkait tetapi perlu dibuat kelompok atau lembaga khusus.
“Karena mau tidak mau saat ini memang seperti itu kondisinya, memang butuh masuk ke pasar-pasar yang seperti itu (e-commerce), yang membutuhkan zaman yang elektronik . Cuma ini kan mungkin kita lagi mau pikir-pikir apakah perlu lembaga khusus yang menangani teman-teman untuk mengakses ke dunia e-commerce,” tegasnya.
Saat ditanya apakah cukup 1 hingga 2 tahun untuk menyukseskan program Presiden Jokowi di tahun 2020, Prasetyo optimistis. E-commerce UMKM bisa terwujud asalkan digarap dengan serius dan fokus.
“Kalau digarap benar-benar itu cukup. Artinya kita juga berangkat dari memahami bagaimana kebiasaan para UMKM ini. Kita akan membuat pola yang menyesuaikan dengan situasi itu. Kalau tidak ya susah nanti. Pola, atau sistem, atau SDM-nya kita sesuaikan ke situ,” ujar dia.
Prasetyo menambahkan pelaku UMKM sebagian besar memilih fokus menangani sendiri produk-produknya. Sehingga saat menangani e-commerce belum maksimal. Belum maksimalnya cara e-commerce untuk penjualan produk UMKM masih menjadi sorotan. Prasetyo mengharapkan pemerintah bisa menyediakan sebuah sistem untuk melayani belajar memanfaatkan e-commerce.
“Saya kira mestinya pemerintah menyediakan satu sistem yang untuk melayani itu, biar mudah. Kalau perlu menjemput bola ke sentra-sentra itu. Di sentra-sentra itu ada posnya, lalu ada pos induknya di propinsi, atau kabupaten, atau kota. Ya tapi, kami nanti mau saya tawarkan ke teman-teman bagaimana kalau kita membuat fasilitas itu,” jelasnya.
E-commerce bisa menjadi sarana untuk promosi yang lebih luas tapi biaya murah. Hal ini ditegaskan oleh Pakar Ekonomi Universitas Widya Mataram Yogyakarta, Dr. Jumadi, SE., MM. Dosen sekaligus Wakil Rektor III itu mendukung adanya e-commerce untuk UMKM. Produk-produk UMKM bisa di-display lewat e-commerce. Meski demikian, ia menjelaskan perlu adanya edukasi. Produk lokal memang sudah mendunia sampai benua lain tetapi belum bisa bersaing di negara sendiri. UMKM harus siap dulu baik dari produk, kualitas barang, pengemasan, hingga pemasarannya. Sebenarnya produk UMKM bagus dan berkualitas tapi pengemasannya kurang menggaet minat belanja pembeli.
“Yang jelas kesiapan dari UMKM itu sendiri ya, terkait dengan pemahaman e-commerce itu sendiri. Yang kedua, daya dukung terhadap fasilitas fisik, karena kan itu kan teknologi kan perlu perangkat ya, harus ada kesiapan itu. Kalau misalnya pemerintah bisa memfasilitasi, sebuah gerai barangkali untuk UMKM kan lebih enak,” jelas Jumadi kepada Bernas saat dihubungi.
Menurutnya, perlu ada semacam kantor pemasaran UMKM. Setiap UMKM bisa memasarkan produknya lewat website tersebut. Pembeli tinggal pilih di website seperti e-commerce lainnya. Perkumpulan di daerah-daerah bisa menjadi wadah memasarkan produk UMKM seperti Banyuwangi-mall.com. Agar bertahan seperti e-commerce yang sudah ada sebelumnya di Indonesia, maka para pelaku UMKM perlu memperbaiki kualitas dan SDM terkait teknologi informasi.
“Yang perlu dibenahi adalah kemampuan (SDM) dari UMKM terkait penggunaan IT terutama untuk e commerce,” imbuhnya.
Perbaikan itu melibatkan dari berbagai pihak mulai dari pihak akademik, bisnis, pemerintah, komunitas, dan media. Menurutnya, kolaborasi ini dapat meningkatkan kapasitas SDM UMKM dan media itu sendiri dapat langsung sebagai sarana promosi bagi UMKM apalagi yang sudah memiliki versi online.