Apakah anda seorang CEO, atau seorang rumah tangga, “deal” alias “sepakat” adalah sebuah kata yang perlu anda hasilkan dari negosiasi anda.
Belasan tahun yang lalu, saya adalah seorang mahasiswa semester awal yang sedang galau menentukan ke mana arah masa depan saya kelak. Dalam pencarian saya, secara tidak sengaja saya menemukan sebuah majalah yang memuat profil seorang “deal maker”. Sang tokoh digambarkan adalah seorang yang kaya raya, memiliki rumah dengan tanah yang luas, lengkap dengan mobil-mobil mewahnya, helipad, dan kandang kuda mewah miliknya.
Nah yang menarik, profesi tokoh ini dewasa ini saya kenal sebagai seorang broker. Konon, tokoh ini, membuat deal investasi-investasi besar, transaksi hotel, tanah yang luas, bahkan transaksi senjata antarnegara. Sang tokoh kerap menjadi fasilitator pertemuan antara presiden suatu negara dengan raja, presiden, atau perdana menteri negara lainnya. Nah, dari semua transaksi yang terjadi, sang tokoh berhak atas sejumlah komisi yang dihitung dari persentase transaksi yang terjadi.
Dalam perjalanan, saya telah membuat deal dari urusan kecil bernilai puluhan ribu di awal karir saya hingga yang bernilai puluhan miliar. Deal dengan suplier, konsumen, karyawan, bahkan kompetitor, wajib dilakukan jika ingin bisnis berjalan lancar apalagi bertambah besar.
Deal dengan pemerintah, notaris, perbankan, investor, broker, dll., adalah hal mutlak ketika saya mulai menekuni bisnis properti. Deal mengenai termin pembayaran dan cash tempo bahan baku untuk produksi akan meningkatkan kapasitas produksi bisnis kita. Deal dengan kompetitor akan membuat suasana bisnis lebih menyenangkan, tidak terlalu panas, dan membuat suasana bisnis lebih hangat. Deal dengan investor bisa membuat kita menaikkan kapasitas bisnis 5x , 10x, atau 100x lipat bahkan.
Seni membuat “deal” sebuah urusan sangat penting. Setelah deal sebuah penjualan satu bidang tanah misalnya, saya perlu melanjutkan deal dengan team, notaris, kontraktor pelaksana, investor, perbankan, instansi pemerintah terkait perizinan, dan dengan konsumen sebagai pembeli akhir.
Sebagai seorang penulis buku, saya harus bisa meyakinkan penerbit, meyakinkan editor, meyakinkan konsumen, yang akhirnya berujung pada “deal” penerbitan buku. Sebagai seorang CEO @STIEBBANK, kampus pencetak pengusaha, saya perlu melakukan deal dengan para pengelola, dosen, staf, karyawan, mahasiswa, penduduk sekitar, para praktisi, dll, untuk mewujudkan pengusaha-pengusaha baru di STIEBBANK.
Sebagai seorang ayah, saya perlu deal dengan Putri dan Govinda, sebuah disiplin baru, menjadi anak-anak mandiri, berangkat sekolah tanpa dibangunkan dan dimandikan oleh orangtua. Bahkan dengan diri saya sendiri, saya harus membuat “deal” bagaimana dan kapan saya akan meraih omset 100 miliar pertama saya. “Deal” dengan diri sendiri: bagaimana membangun disiplin finansial, menunda kenikmatan untuk membeli mobil impian, dll.
Yesss!! Banyak deal yang harus kita lakukan dalam hidup. Namun sayang, tidak banyak orang yang serius belajar bagaimana menjadi seorang “deal maker”.
Jika anda telah menyadarinya sekarang, saran saya, berlatihlah…, deal senilai 10jt, 100jt, 1M, 10M, dan seterusnya…. Jika anda melatihnya, hasilnya akan luar biasa… Mau???