Semilir hawa Lebaran sudah berhembus. Berbagai persiapan pun dilakukan untuk menyambutnya. Jalan-jalan diperbaiki. Transportasi ditambahi. Kanal komunikasi dibenahi. Maklum, Lebaran sudah menjadi hari besar nasional milik semua masyarakat. Mudik, tradisi yang menandai Lebaran, sudah meritual sedemikian rapi dan mengakar.
Diperkirakan, 17.393.016 jiwa akan memenuhi jalur-jalur mudik nasional. Jogja adalah salah satu tujuan mudik terbesar selain Jawa Timur dan Jawa Tengah. Secara ekonomi, arus mudik selalu berimbas pada perputaran uang yang sedemikian besar. Pemudik selalu identik dengan pembelanja.
Yang perlu diperhatikan, kebutuhan belanja pemudik tidak sekadar berkutat pada sektor kuliner, busana, dan cenderamata. Selain menikmati kembali suasana masa lalu ketika belum merantau, yakni dengan menyantap makanan tradisional, lalu membungkus oleh-oleh khas daerah, ada kebutuhan besar para pemudik bertautan dengan investasi.
Salah satu jenis investasi yang dibidik adalah properti. Properti menjadi simbol kesuksesan perantau. Bukan pamer, melainkan bukti atas janji yang mereka ikrarkan saat meninggalkan kampung halaman di waktu lampau. Bukti yang sederhana dimulai dari merenovasi rumah orangtua. Adalah luhur membalas jasa orangtua dengan menyamankan mereka. Berikutnya, membeli rumah atau tanah untuk investasi pribadi. Rumah untuk dikontrakkan, tanah untuk bercocok tanam. Pada level yang lebih tinggi, investasi diwujudkan dengan membeli/menyewa properti untuk peningkatan ekonomi banyak orang.
Di sebuah koran nasional, Minggu (21/7), sebagai contoh, dikabarkan bagaimana paguyuban warga Gunung Kidul di Jabodetabek (Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, Bekasi), yang anggotanya berjumlah sekira 90.000 jiwa, sudah merancang pendirian hotel berbintang secara patungan. Gagasan tersebut sangat tepat mengingat geliat pariwisata di Gunung Kidul belakangan makin gencar. Objek wisata seperti Gunung Purba Nglanggeran, Goa Pindul, dan Pantai Indrayanti, semakin favorit bagi wisatawan dalam dan luar negeri. Sayang, untuk menginap, para wisatawan tersebut harus “turun” ke kawasan kota Yogyakarta demi mendapati hotel yang berkelas.
Peluang ini perlu dibaca secara cermat. Ada banyak jenis investasi properti di Jogja: ruang usaha (ruko), gudang, perkebunan, perkantoran, kontrakan, kost eksklusif, apartemen, kondominium, dan hotel. Mengapa properti? Pertumbuhan nilai aset ini rerata 20-30% per tahun, jauh di atas nilai investasi di sektor lain.
AA Kunto A
Dosen @STIEBBANK