Membiasakan Berpikir “Memulai dari Akhir”

Saya pernah membaca kalimat yang pedas nan menggelitik, “Bukan salah Anda jika terlahir miskin. Akan tetapi, jika Anda mati dalam keadaan miskin itu sepenuhnya salah Anda sendiri.”

Terkesan sarkastis namun realistis. Itu menurut pandangan saya. Dari kalimat tersebut saya, dan mungkin juga Anda, belajar bahwa apa pun yang terjadi atas diri kita adalah sepenuhnya tanggung jawab kita. Dan seperti apa diri kita sekarang adalah buah dari keputusan-keputusan kita di masa lampau. Maka, belajar untuk menentapkan hasil akhir terlebih dahulu untuk segala hal yang akan kita mulai adalah pelajaran yang wajib segera dikuasi oleh setiap orang  yang ingin sukses, saya rasa.

Kalimat terakhir di atas bukan sekadar awangan kosong tetapi rapi terumus dalam buku Stephen Covey 7 Habbits. Covey menyampaikan “7 Kebiasaan Manusia yang Sangat Efektif”, yang jika kita terapkan dalam kehidupan sehari-hari akan memudahkan atau setidaknya mencerahkan jalan kita untuk mencapai kebahagiaan dalam kehidupan. Salah satu kebiasaan Covey nomer 2 yang disampaikan dalam buku 7 Habbits adalah Memulai dari yang Akhir. Saya rasa ini pas dengan kalimat pembuka saya di awal tulisan ini. Awal dari hidup kita, yaitu lahir, memang sesuatu di luar kuasa kita, dan sebagai makhluk yang percaya adanya Tuhan tidak boleh kita pungkiri bahwa bersyukur sudah menjadi keharusan kita. Akan tetapi, ketika menjelang akhir kehidupan kita sebagai manusia, hendak dikenang menjadi seperti apa kita?

Harimau mati meninggalkan belang, manusia…?

Jika Anda seorang pengusaha maka ingin memiliki berapa cabangkah perusahaan Anda?

 Jika Anda seorang ilmuwan maka berapa karya mutakhir yang ingin Anda ciptakan?

Atau, jika Anda penulis maka berapa pemikiran yang ingin Anda buat abadi lewat tulisan-tulisan Anda?

Semua pertanyaan di atas jawabannya hanya akan muncul di akhir. Akan tetapi, jawaban tersebut  bisa Anda rancang hasilnya di awal ketika Anda membuat sebuah langkah atau keputusan.

Ketika berbicara ingin menghasilkan apa dan seberapa banyak maka yang kita singgung adalah soal kontribusi kita dalam hidup ini. Soal kemanfaatan kita kepada kehidupan orang lain dan lebih luas lagi terhadap alam semesta.

Lalu kapan itu semua bisa dimulai?

Jawabannya adalah sekarang.

Apa yang disampaikan oleh Covey telah menjadi inspirasi untuk semua orang bahwa kita tidak perlu menunggu apalagi menebak-nebak apa hasil akhir dari awal yang sedang kita jalani. Kita bisa menentukannya sendiri. Hendak menjadi bijaksana, hendak menjadi andal, atau hendak menjadi kaya sekali pun tidak perlu menunggu lama apalagi menunggu tua. Manusia bebas berencana, biar Tuhan yang melancarkan dan memudahkan terwujudnya. Kalimat terakhir ini saya kutip dari kata-kata seorang….

Saya ingin menutup tulisan saya dengan sedikit perenungan, “Ketika dilahirkan Anda menangis tetapi orang-orang di sekeliling Anda tertawa. Jalanilah hidup Anda hingga ketika meninggal Anda tersenyum namun orang-orang di sekitar Anda menangis.”

 Sunti Melati, S.S., M.A.

Penulis, Sekretaris STIEBBANK

Visited 4 times, 1 visit(s) today

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *