Bisnis Tungku “Tungku Sehat Hemat Energi”

Dua hari kemarin saya menjadi fasilitator workshop “desain dan produksi film pendek & video klip” yang diselenggarakan Yayasan Dian Desa bekerja sama dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) dan Bank Dunia. Workshop ini dalam rangka membekali peserta kompetisi  desain poster, logo, dan film bertema “tungku sehat hemat energi” (www.tungkuindonesia.org).

Menarik. Di tengah ketergantungan bangsa ini pada energi tak terbarukan, ada upaya untuk mengajak masyarakat kembali memanfaatkan energi terbarukan. Tempo hari kita ingat, terjadi antrian kendaraan yang hendak mengisi premium di pompa bensin. Panik serupa juga beberapa kali menghantui masyarakat ketika pasokan gas menyusut atau harga naik. Masyarakat seolah tidak mempunyai alternatif energi selain bersumber dari fosil.

Kampanye “tungku sehat hemat energi” (clean stove initiative) ini dimaksudkan untuk mengingatkan dan mengajak masyarakat memanfaatkan energi terbarukan berupa kayu bakar. DIY dan Jawa Tengah dipilih sebagai kawasan percontohan karena 40% pengguna kayu bakar di Indonesia tinggal di kedua provinsi ini.

Masalahnya, cara menggunakan kayu bakar tersebut jauh dari kesadaran akan kesehatan. Asap yang dihasilkan dari pembakaran kayu bakar yang tidak sempurna rupanya telah memantik 165.000 kematian yang dipicu biomasa padat. Rerata korban adalah ibu rumah tangga yang terpapar ISPA (infeksi saluran pernapasan akut) atau pneumonia. Ketidaktahuan berakibat kematian.

Alangkah sayang kalau fakta ini tersebar luas ke masyarakat sehingga banyak orang berbondong-bondong meninggalkan tunggu dan beralih ke kompor, beralih dari kayu bakar ke minyak dan gas. Padahal, sumber daya kayu bakar kita masih banyak sehingga tidak harus tergantung pada bahan bakar lain.

Ini ide bisnis yang menarik. Philips, sebuah merek pabrikan alat-alat elektronik sudah menangkap peluang ini. Tentu dengan modifikasi: lebih modern, lebih hemat, dan lebih sehat. Isu hemat dan kesehatan menjadi pintu masuk untuk pengembangan bisnis yang lebih ramah lingkungan. Jika produk-produk seperti ini disambut dan dikembangkan banyak pebisnis, selain harga tungku bisa lebih murah daripada kompor, juga akan mengembalikan masyarakat kepada alam yang lebih bersahabat.

Workshop yang saya ikuti ini memang diintensikan untuk semakin memopulerkan tungku sehat hemat energi sehingga bisa menjadi produk yang terjangkau masyarakat. Saya berharap banyak pihak menyambut gerakan ini sehingga kita bisa mewujudkan masyarakat yang mandiri dalam berenergi sekaligus berdaya secara ekonomi.

 AA Kunto A,

Coach Writer, Praktisi NLP STIEBBANK

Visited 1 times, 1 visit(s) today

Leave A Comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *