Bingung Menyelesaikan Masalah? Ini Cara Cerdas Menemukan Solusinya

Sesungguhnya masalah adalah bagian alami dalam kehidupan. Namun jarang sekali kita benar-benar mempelajari, bagaimana menyelesaikan masalah dengan benar dan menemukan solusi yang tepat.

Mengapa seringkali masalah tidak selesai-selesai? Ternyata karena kita salah bersikap. Sesuatu yang tidak bisa diubah, tetapi kita berjuang mati-matian untuk mengubahnya. Sebaliknya, sesuatu yang seharusnya bisa diubah, justru kita diamkan sehingga makin memburuk. Masalah kian berat dan akhirnya tak tertolong lagi.

Ada sebuah doa yang sangat terkenal, ditulis oleh Theolog Amerika yang bernama Reinhold Niebuhr, dijadikan doa khusus oleh kelompok alcoholics anonymous-kelompok didirikan Bill Wilson dan Bob Smith untuk menolong para pecandu alcohol, mengajarkan pemahaman bijak akan hal ini.

Serenity Prayer:

Tuhan, berilah aku ketenangan, untuk menerima hal-hal yang tidak bisa saya ubah. Keberanian untuk mengubah hal-hal yang bisa saya ubah, dan kebijaksanaan untuk mengetahui perbedaannya.

Sebelum sibuk bertempur atau memaksa untuk mengubah sesuatu, berhentilah sejenak untuk berpikir dahulu: Apakah ini keadaan yang bisa diubah? Jika tidak bisa diubah, tentu saja kita yang harus berubah.

Jika bisa diubah, strategi apa yang harus diterapkan agar saat mengubahnya tidak perlu menimbulkan banyak masalah atau kerugian? Apakah ada cara lain yang lebih bijak, efisien dan efektif untuk mengubahnya? Jawaban dari perenungan ini, akan menghindarkan kita dari ribuan pertempuran yang tidak perlu.

Tidak mengubah sesuatu yang bisa diubah, dapat menimbulkan resiko yang lebih besar dan bahkan mungkin tidak tertolong lagi.

“Yach… memang sudah nasibku begini. Saya pasrah saja,” ujar seorang bapak yang mengeluh penghasilannya tidak mampu mencukupi kebutuhan keluarganya. Bapak ini seharusnya bisa meningkatkan penghasilannya, dengan bekerja lebih rajin, mengambil job tambahan dan sebagainya. Jika dia bersedia belajar dari orang yang lebih sukses, mencari ide yang lebih kreatif dan bersedia keluar dari zona nyaman, pasti ada jalan keluar. Keyakinannya bahwa keadaannya tidak bisa diubah inilah yang menjadi penghalang kemajuannya.

Contoh lainnya, Anita sudah beberapa bulan terakhir merasa tidak enak pada perutnya. Gejalanya seperti sakit maag, maka dia minum obat maag. Tidak seperti biasanya, meski sudah minum bermacam-macam obat maag tetapi rasa tidak enak tetap saja. Akhirnya Anita memutuskan ke dokter. Singkat cerita, setelah melalui berbagai test, ketahuanlah dia mengidap kanker stadium awal. Berita yang menakutkan tetapi sesungguhnya masih banyak pilihan pengobatan yang bisa diambil. Karena merasa takut dan tidak siap, Anita membiarkannya dan hanya berdoa mengharapkan mujijat terjadi dan menggunakan pengobatan herbal.

Bulan demi bulan berlalu, hingga Anita sudah tidak tahan lagi. Akhirnya Anita kembali ke dokter Sekarang kankernya sudah masuk stadium 4. Sudah tidak banyak lagi pilihan yang ada. Seandainya saat masih stadium 1 Anita bersedia diobati dan menjalani kemoterapi, maka harapan hidup dan kemungkinan sembuh masih besar. Membiarkan sesuatu yang seharusnya bisa diubah, pada akhirnya menimbulkan resiko yang bahkan membahayakan nyawanya.

Sebaliknya, kita sering menghadapi ribuan pertempuran yang tidak perlu, karena berusaha mengubah sesuatu yang tidak bisa diubah.

Salah satu prinsip penting dalam hidup, bahwa kita tidak akan pernah dapat mengubah seseorang. Yang dapat kita lakukan hanyalah menginspirasinya untuk berubah. Banyak pertengkaran terjadi dalam pernikahan, karena sang suami ingin istrinya berubah sesuai keinginannya, demikian pula sebaliknya. Semakin dipaksa berubah, semakin seseorang membuat benteng dan menolak berubah.

Lalu bagaimana solusinya? Cara paling cerdas yang dapat  dilakukan adalah kita yang berubah! Sesuatu yang unik, ketika kita berubah, maka orang lain, dunia termasuk pasangan kita, akan berubah pula. Tidak instan tentunya, butuh waktu dan proses. Sebelum kita mampu mengubah diri sendiri, diperlukan kebesaran hati untuk menerima keadaan yang tidak kita sukai dan mengambil keputusan bahwa kitalah yang harus berubah.

Hubungan pernikahan Sari dan Anton kian meruncing akhir-akhir ini. Pernikahan yang masih serumur jagung, kehilangan kemanisannya. Bermula dari hal-hal kecil, Anton menganggap Sari kurang organized dan tepat waktu. Sebaliknya, Sari merasa Anton kurang peka dan peduli terhadap kebutuhan orang lain. Egois. Berulang kali Anton memberi label Sari “ceroboh”, sementara Sari memberi label Anton “tidak punya perasaan dan egois”. Lama kelamaan cinta kian meluntur, justru digantikan kebencian serta keinginan membalas perkataan satu dengan yang lain. Sinis dan dingin.

 Sore itu Anton pulang kantor dan menemukan Sari tidak ada di rumah. Meja makan kosong, tidak ada hidangan yang tersedia. Kemarahan serasa menggelegak dalam dada. Anton meraih telpon tetapi nomor Sari terus menerus sibuk.

Dalam keheningan, tiba-tiba sepotong kesadaran menyelinap dalam pikirannya. Sesungguhnya dia sangat mencintai Sari, tetapi mengapa akhir-akhir ini mereka bersikap sebagai musuh? Apa yang akan terjadi jika keadaan ini dibiarkan? Sanggupkah dia hidup sendiri tanpa Sari?  Anton merenung lebih dalam lagi. Apa yang bisa dilakukannya untuk memulihkan manisnya pernikahan?  Lalu dia berdoa minta kesabaran dan hikmat Tuhan agar keluarganya bisa dipulihkan. Kemarahannya sirna, digantikan damai sejahtera.

Anton pun meraih telpon genggamnya, mencari nomor resto langganannya. Dipesannya makanan untuknya dan makanan kesukaan Sari.

Ketika Anton tengah menyantap makanannya, Sari masuk dengan tergopoh-gopoh. Dengan wajah takut, dia mengungkapkan alasan kepergiannya. Indah, sahabatnya, mengalami pendarahan sementara suaminya tengah bertugas ke luar negeri. Tanpa banyak membuang waktu, Sari langsung meluncur ke rumah Indah dan membawanya ke rumah sakit. Ternyata prosedur dan kondisi Indah yang lemah, menghabiskan waktu lama. Sari tidak tega meninggalkannya sebelum kondisi Indah cukup stabil. Anton menyadari, sesungguhnya sifat Sari yang penuh kasih dan suka menolong inilah yang membuatnya jatuh cinta.

Anton memandang Sari dengan tatapan yang lembut dan penuh kasih. Ini yang menyentak hati Sari. Anton tidak marah dan mengomel seperti biasanya.

“Tidak apa. Makanlah… ini lontong sayur kesukaanmu. Saya bangga memiliki istri yang memiliki hati malaikat sepertimu,” ujar Anton sambil menggenggam lembut tangan Sari.

 Hati Sari damai. Dia merasa dikasihi dan diterima. Sejak malam itu, hubungan mereka kian membaik. Dalam pemulihan sebuah hubungan, diperlukan satu pihak yang bersedia membayar harga untuk menurunkan gengsinya, dan mengubah sikapnya terlebih dahulu. Ketika kita berubah, dunia sekeliling kita pun akan berubah. Ada yang cepat, namun ada pula yang membutuhkan waktu lebih lama. 

“If you do not ask the right questions, you do not get the right answers. A question asked in the right way often points to its own answer. Asking questions is the A-B-C of diagnosis. Only the inquiring mind solves problems.” — Edward Hodnett (1871 – 1962), British Poet

Visited 5 times, 1 visit(s) today